Kamis, 24 November 2011

PENYISIRAN PERAIRAN SELAT MAKASSAR

Menindak lanjuti adanya Korban tenggelamnya Nelayan di Bagang, Maka kami dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah beserta Relawan dari TAGANA, PMI dan Karang Taruna melakukan penyisiran dilaut Kab.Barru.


Rabu, 17 Agustus 2011

BENCANA TRIWULAN III TAHUN 2011


Akibat angin kencang/Angin puting Beliung yg terjadi pada kurung waktu nhe dan mengakibatkan 5unit rmh warga mengalami kerusakan.....

Maka kami dri tim BPBD telah melaporkan sbagaimana yg ada n trjadi dilapangan!!!!

Yg terkena musibah,haraf bersabar dan smua ini ada hikmahnya.

Minggu, 31 Juli 2011

Dalam penanganan bencana alam diperlukan sumber daya. Potensi dapat dimanfaatkan, antara lain :

a.       Sumber Daya Manusia

Ketersediaan, kemampuan dan keterampilan SDM yang dapat dimobilisasi untuk penanganan bencana alam, antara lain berasal dari :

1)      Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah sampai pada tingkat Desa/Kelurahan.

2)      TNI dan Polri
TNI dan Polri yang dimaksud adalah kesatuan unsure TNI dan Polri yang tertinggi pada tingkat Kabupaten sampai dengan kesatuan yang paling rendah di tiap-tiap daerah.

3)      Unsur Pemuda/Mahasiswa dan Profesi
Unsur Pemuda/Mahasiswa dan Profesi yang dimaksud adalah kelompok pemuda/mahasiswa, professional atau asosiasi kerja yang ada pada tingkat Kabupaten sampai tingkat Kecamatan, Kelurahan/Desa.

4)      Unsur Dunia Usaha
Unsur Dunia Usaha yang dimaksud adalah para wiraswastawan yang tergabung dalam asosiasi maupun yang sifatnya individu yang ada pada tingkat Kabupaten sampai tingkat Kecamatan, Kelurahan/Desa.

5)      Organisasi Masyarakat dan Sosial Politik
Organisasi Masyarakat dan Sosial Politik yang dimaksud adalah organisasi masyarakat yang tidak berafiliasi kepada kepentingan politik maupun yang terkait dengan partai-partai, pada tingkat pengurus maupun partisannya

6)         LSM dan Unsur Masyarakat lainnya
LSM dan Unsur Masyarakat lainnya yang dimaksud adalah LSM dan unsure masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap bencana alam yang terjadi di wilayah kerjanya.

b.      Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan dalam penanganan bencana antara lain :
1)      Komunikasi dan Informasi
Sistem yang terjadi pada BMC, MIS Polda, Unsur TNI, Pemkab/Pemkot, ORARI, RAPI, Media Massa.
2)      Transfortasi
Sarana dan Prasarana transfortasi yang tersedia pada Pemkab/Pemkot, Unsur TNI, Polres Barru, PT. Pelindo, Perum Angkasa Pura, Adpel dan Organda.

3)      Akomodasi
Fasilitasi yang tersedia pada Pemkab/Pemkot, Unsur TNI, Polres Barru, PMI Kab. Barru dan Organisasi Sosial lainnya

4)      Kesehatan
Fasilitasi yang tersedia pada Pemkab/Pemkot, Unsur TNI, Polres Barru, PMI Kab. Barru, Perguruan Tinggi se Kab. Barru  dan Organisasi Sosial lainnya.

5)      Pengamanan
Yang dimiliki pada unsur TNI, Polres Barru, Linmas dan unsure Pam Swakarsa.

6)      Penyelamatan
Fasilitas yang tersedia pada Unsur TNI, Polres Barru, Pemkab/Pemkot, PMI Kab. Barru, Organisasi SAR lainnya.

7)      Energi dan BBM
Memanfaatkan pembangkit listrik setempat dan pembangkit listrik cadangan, depo Pertamina setempat dan bantuan dari depo lainnya.

c.       BMG Provinsi Sulawesi Selatan

BMG Provinsi Sulawesi Selatan yang dimaksud adalah Struktur Organisasi Badan Meteorologi dan Geofisika yang berada di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang berkedudukan di Jl. Racing Centre No. 4 Makassar beserta seluruh UPT BMG yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan dengan wilayah tugas monitoring meliputi Sulawesi dan Maluku.
Balai Besar Meteorologi dan Geofisika mempunyai tugas melaksanakan pengamatan, pengumpulan dan penyebaran data, pengolahan, analisis dan prakiriaan serta riset dan kerja sama, kalibrasi dan pelayanan 
meteorology, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.

                                                                                                                                by marwan syihab

KABUPATEN BARRU Provinsi Sul - sel memiliki Potensi Terjadinya Bencana Alam. . .Yuk simak slanjuknya


Berdasarkan kondisi geografi dan demografi, Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan memiliki potensi terjadinya bencana alam yaitu :

a.       - Gempa Bumi
Sama halnya dengan daerah-daerah lain di Sulawesi Selatan, Kabupaten Barru termasuk salah satu wilayah daerah cukup rawan gempa bumi tektonik. Bencana gempa bumi telah menimbulkan kerugian, kerusakan dan korban jiwa yang cukup besar, seperti gempa bumi tektonik yang pernah terjadi di daerah Mamuju, Bulukumba, Pinrang, dan Majene.
Dalam klasifikasinya terbagi atas, gempa bumi tektonik umumnya dangkal (0 Km sampai dengan 50 Km), terjadi karena adanya aktifitas sesar baik di darat maupun di laut.
Beberapa akibat gempa bumi adalah kerusakan, kerugian dan korban jiwa, seperti kehancuran bangunan, tsunami, pergerakan tanah horizontal dan vertical, tanah longsor.

b.      - Tsunami
Tsunami umumnya terjadi di daerah pantai. Berdasarkan sejarah terjadinya tsunami, di Provinsi Sulawesi Selatan pantai barat (Majene) yang pernah di terjang tsunami berkisar antara 2m – 5m, sedangkan pantai selatan Sulawesi Selatan bias mendapat tsunami akibat dari di luar Sulawesi Selatan seperti Laut Flores. Kabupaten Barru memiliki daerah pantai yang cukup luas. Sehingga potensi terjadinya Tsunami tergolong rawan.

c.       - Banjir
Penyebab utama dari bencana banjir adalah di beberapa tempat dan bulan tertentu, curah hujan yang sangat tinggi, penggundulan hutan di hulu sungai, penyumbatan aliran atau saluran, tidak berfungsinya tanggul, bangunan jembatan kecil dan rendah, gorong-gorong dan selokan air yang tidak menampung derasnya/besarnya debit air pada saat musim hujan

d.      - Angin Topan
Bencana Angin Topan terjadi bersamaan dengan datangnya musim hujan dan musim pancaroba. Bencana Angin Topan telah banyak menimbulkan kerugian dan kerusakan cukup besar seperti tanaman pertanian dan perkebunan penduduk bahkan jiwa manusia.

e.    - Kebakaran Hutan
        Bencana kebakaran hutan terjadi sebagai akibat dari kemarau panjang dan ulah dari masyarakat sekitar hutan yang membuka dan mengolah lahan dengan melakukan pembakaran. Bencana kebakaran hutan mengakibatkan terjadinya kerusakan hutan dan ekosistem

b.      - Tanah Longsor
Bencana tanah longsor sebagai akibat dari adanya hujan yang lebat, gempa bumi, pergerakan tanah, banjir dan penggalian tanah/batu kapur/penambangan secara tidak terkendali. Bencana tanah longsor ini telah banyak menimbulkan korban manusia, kerugian harta benda, kerusakan sarana dan prasarana serta lingkungan hidup. Wilayah/daerah rawan bencana tanah longsor, sebagian besar di daerah pegunungan, daerah sepanjang jalan, wilayah pertambangan dan daerah aliran sungai. Dengan kondisi wilayah rawan tersebut, Kabupaten Barru memiliki potensi rawan terjadinya bencana Tanah Longsor.

Karakteristik Wilayah Geografi Kabupaten Barru


a.       Geografi

1.       Kabupaten Barru berada di pesisir Barat Provinsi Sulawesi Selatan, terletak antara koordinat  4⁰ 05’ 49” -  4⁰ 47’ 35” Lintang Selatan dan 119⁰ 49’ 16” Bujur Timur.
Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
-       Sebelah Utara             :   Kota Parepare dan Kabupaten Sidrap
-       Sebelah Timur             :   Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone
-       Sebelah Selatan          :   Kabupaten Pangkajene Kepulauan
-       Sebelah Barat              :   Selat Makassar

2.       Luas Wilayah Kabupaten Barru = 1.174,72 km2 (11,427 Ha) yang terdiri dari daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi perbukitan dan gunun g-gunung (pegunungan).

3.       Ketinggian wilayah Kabupaten Barru  0 - 25 meter dari permukaan laut  (mdpl) seluas  26.319 Ha (22,40 %); 25 - 100 m dpl seluas 12.543 Ha (10,68 %); 100 - 500 m dpl seluas 52.781 Ha (44,93%); 500 - 1.000 mdpl seluas 23.812 Ha (20.27 %); 1.000 - 1.500 m dpl seluas 1.941 Ha (1,65%) dan  > 1.500 mdpl seluas  75 Ha (0,06%).

4.       Kemiringan lereng 0 – 2 % seluas 26.596 Ha (22,64 %);  3 - 15 % seluas  7.043 Ha (5,49%);  16-40 %  seluas 33.246 Ha (28,31%) dan > 40% seluas 50.587 Ha (43,06%).

5.       Jenis tanah diKabupaten Barru didominasi oleh jenis Regosol seluas 41.254 Ha (38,20%); Mediteran seluas 32.516 Ha (27,68%); Litosol seluas 29.043 Ha (24,72%); Aluvial seluas 4.659 Ha (2,48%).